Ada keraguan menyusup.
Setiap kali kulihat dirinya, angel kedua yang pernah kukenal. Yang kuketahui hanya tak ada satupun yang meragukannya.
Melihat dia, aku terjatuh lagi. Mulai terperosok lagi. Nyaliku menciut lagi.
Rahasia ini mungkin hanya aku yang tahu, tapi setiap melihatnya, mengenang semua yang bisa kuingat tentangnya. Keyakinanku tiba-tiba memudar. Memudar perlahan meski tak pernah benar-benar hilang.
Perkara siapa sebenarnya? angel itu bahkan terlau baik jika harus kusebut sebagai orang-yang-selalu-menjatuhkanku.
Duh, menjatatuhkan. Mendorongku saja belum pernah. Picik sekali otakku jika harus memberi julukan seperti itu.
Tapi dia angel. Setelah angel pertama yang terbukti tidak bersalah. Perlahan angel kedua itu muncul seiring waktu. Seiring fakta-fakta yang kutemui di perjalanan ini.
Sampai kapankah?
Sampai aku bisa menemukan sendiri potongan bait itu. Meski tak tahu bagaimana caranya, tapi Allah sudah menunjukkan bahwa tak ada satupun yang mustahil.
Sekali lagi kupandangi angel itu.
Ah, terasa sekali hempasan angin yang kembali menciutkan nyaliku. Aku selalu berusaha bangkit tapi selalu mudah kembali terjatuh.
Tapi setidaknya hal ini tak membutuhkan air mata.
Hanya saja, software otakku yang mudah mem flashback ini mungkin selalu terupgrade otomatis.
Sehingga.
…
…
…
Β
Β