Let Me Finish My December

​Kupikir aku belajar banyak hal satu tahun ini, padahal tidak. Kupikir aku melewati jutaan kerikil satu tahun ini, padahal bukan. Semua yang terjadi ujung-ujungnya hanyalah pembelajaran dari satu hikmah yang butuh waktu lama untuk terungkap.

Seperti kata Paulo Coelho dalam Aleph, kehidupan adalah Gerbong Kereta dan bukan stasiun. Mungkin butuh waktu lama untuk sadar apa sebenarnya keinginanku dalam perjalanan ini. Berusaha sok filosofis, toh ujung-ujungnya hanya bermain kata agar terlihat benar-benar “muram” . Semua peristiwa yang terjadi di atas gerbong hanyalah pertanyaan-pertanyaan kecil yang menghasilkan satu jawaban besar. Keputusan-keputusan akhir tahun yang kuambil dan berusaha kupelajari pada akhirnya tak semuanya kupelajari. Masih tersisa satu pertanyaan yang belum ada jawabannya dan tak ada niat untuk kucari jawabannya. “Biarkan waktu yang menjawab” Hahaha Klise. Jadi, jeda kali ini akan kusibukkan otakku untuk membaca tumpukan buku (dan masalah) baru yang terhidang di lemari. Siap atau tidak, gerbong-gerbong akan terus membuat terperangkap sampai aku bisa belajar. Sampai aku bisa ikhlas dengan keputusan (dan kehilangan) yang akan terus terulang di gerbong lain. Bye Desember!!

Poles

​Ada jutaan alasan mengapa seseorang dipertemukan dengan seseorang yang lain. Ketika perbandingannya terasa begitu jauh bak kutub, tidak bisakah mencoba untuk mencari yang lebih mudah? Ketimbang memilih untuk meratapi perbedaan-perbedaan yang kau tahu takkan pernah selesai. 

Carilah hal lain yang memenuhi syarat untuk membuatmu tersenyum. Ketimbang keras-keras memaksakan sanggup melewatinya. Suatu saat nanti kenangan yang lain akan terhapus kembali dengan sengaja. Dan kilauan cahaya matahari takkan membuat mata terluka.

 Kembali pada arus yang benar dan seimbang, seperti mengingat sekian peluk yang mereka tinggalkan. Hangatnya takkan membuatmu bersedih, nyanyian melodinya takkan membuatmu berlinang dan hembusan anginnya takkan membuatmu goyah. 

Tipuan yang digunakan untuk menutupi rongga-rongga memori akan segera usang. Dan Bulan tak dapat lagi menyentuhmu, menggerakkan gravitasi air matamu. Sekali lagi, yang tersisa adalah noda dari waktu yang tersangkut pada jeruji kehampaan, yang tak bisa membawa siapapun kemanapun.

 Kembalilah dengan segera, jiwamu yang meronta kekeringan butuh halaman-halaman baru untuk kau baca. Tak perlu buku, bacalah siapapun yang kau temui. Perlahan-lahan pemahaman mengenai alasan bertemu akan hadir di benakmu.

5.55

Tak ada gunanya meratapi kemalangan nasib. Karena sabar tersedia sebagai penawar. Sebuah penawar yang tak pernah habis oleh waktu. 

Temukan sabar di hati kecilmu, di dalam derap langkah yang kau susuri, di kegelapan yang memantulkan terang.

Bersabarlah, 

Jika kau masih mencari jalan keluar, jika tak ada lagi yang bisa kau lakukan, maka bersabarlah…