Siapa Tahu

Siapa Tahu

Kita tak pernah tahu, nasihat, solusi atau bahkan hanya senyuman yang kita berikan kepada teman kita ketika ia sangat membutuhkannya akan menjadi hal yang bermanfaat di hidupnya..

Ketika kita menjadi bagian dari suatu perjalanan hidup orang baik, semoga butir-butir keberkahan tetap tumbuh selamanya..

Perjalanan Menuju Sastra Arab UI

Ya, kali ini aku akan menceritakan sebuah cerita tentang perjalanan menuju Universitas Indonesia. Hmm. Bukan, bukan perjalanan naik commuter line lalu turun di stasiun Pondok cina atau stasiun UI. Bukan pula cerita tentang harus naik bikun merah atau biru. Ini tentang scenario yang aku mainkan. Skenario terbaik yang dipilihkan oleh Sang Sutradara Alam Semesta.

Berawal dari “trauma” kegagalan di masa putih biru ( kalian bisa baca ceritanya di link ini http://ilovenightsky.blogspot.com/2011/07/kutemukan-jalanku.html ) aku jadi semakin berhati-hati dalam hal apapun. Tetapi, di masa putih abu-abu yang kurasakan adalah hal yang semakin rumit hehe, tidak sesederhana di putih biru yang kerjaanku cuma belajar, main sama temen, jalan-jalan, mabit di sekolah dan lain-lain. Di putih abu ini, masalah bertambah dari, bertambahnya teman hingga bertambahnya saingan, organisasi yang kuikuti, manajemen waktu, perlombaan antar sekolah dan yang paling utama kesalahanku dalam memilih jurusan yang membuatku harus semakin keras belajar untuk bisa bertahan disekolah dengan nilai yang baik. Hiks… Tapi yasudahlah ya, itu masa lalu.

Saat aku di kelas 10 aku sangat menyukai Astronomy dan belajar otodidak sendiri mengenai hal apapun yang berhubungan dengan astronomi dan saat itu aku memutuskan untuk melanjutkan kelas 11 di jurusan IPA. Karena aku ingin melanjutkan studiku ke Astronomi ITB. Namun akhirnya kusadari, aku punya sebuah Anxiety yang sangat parah (nyugestiin diri sendiri :D) dengan sebuah pelajaran sehingga aku menyesal dan mulai meninggalkan astronomy karena tidak sesuai dengan kemampuan dasar yang harus dibutuhkan untuk mencapainya. Akhirnya sampai saat ini Astronomi ku hanya kujadikan sebagai Hobi dan kesenanganku saja.

Di kelas 11, setelah aku menyadari ketergesaanku memilih jurusan aku mulai berhati-hati dalam menentukan jurusan kuliah. Yang jelas, kuingat bahwa kriteriaku saat itu hanya satu, yaitu tidak ada mata kuliah yang berhubungan dengan pelajaran itu ( ini informasinya http://ilovenightsky.blogspot.com/2013/03/mathematics-anxiety-mathophobia.html ) . Lalu aku ingat aku membaca sebuah buku yang didalamnya terdapat kata-kata yang menyadarkanku intinya sih gini “Menuntut ilmu dunia memang penting, tetapi carilah ilmu yang bisa mengantarkanmu pada kehidupan akhirat yang baik” .

 Clinggg!! Tiba-tiba lampu bohlam di atas kepalaku menyala. Aku mulai mendaftar semua minatku, bakat dan kemampuanku dan kutemukan sebuah kesimpulan. Sastra Arab. Itu adalah sebuah jurusan yang sangat sempurna. Sempurna dengan semua minat, bakat dan kemampuanku. Lalu aku mulai mencari informasi, di Universitas mana jurusan Sastra Arab yang bagus dan berkualitas. Dan aku mulai mengerucutkan pilihanku pada Sastra Arab Universitas Indonesia. Saat kelas 11 itulah aku fokus dengan Sastra Arab dan mulai mencari cara bagaimana aku bisa melanjutkan studiku kesana karena aku berasalj dari jurusan ipa dan Sastra arab adalah program studi yang berkaitan dengan sosial humaniora.

Tibalah kelas 12, aku lupa bagaimana awalnya aku mulai menyukai UGM dan Universitas lain di luar Jawa Barat. Yang kuingat aku hanya mulai mencari informasi-informasi dan fakta-fakta dan semuanya hingga aku tenggelam sendirian dan mulai melupakan semua yang kubutuhkan. Intinya kelas 12 ku aku addicted sekali dengan UGM. Tapi aku sadar satu kesalahanku, aku tidak spesifik mengenai jurusan. Tak pernah. Aku hanya terlalu bingung dengan bagaimana caranya agar aku bisa kuliah di UGM.

Aku mengikuti sebuah bimbingan belajar diawal kelas 12 di program persiapan langsung seleksi perguruan tinggi negeri bersama beberapa orang sahabatku. Kami mulai bertukar informasi dan bertanya tentang jurusan yang mereka inginkan. Tibalah saat pendaftaran SNMPTN. Aku memilih seperti yang tertera di bawah ini

Yah hari-hari berlalu seperti biasa setelah UN selesai aku memutuskan untuk mengambil program IPC di tempat lesku. Lagi-lagi aku merasakan Anxiety ku semakin menjadi-jadi dan aku pun meninggalkan IPA, sehingga aku hanya mengambil program IPS atau Soshum. Waktu yang kuambil juga berbeda dengan sahabat-sahabatku, ketika mereka selesai les, aku baru memulai pelajaran. Tetapi aku senang karena aku semakin mengenal banyak orang dan semakin semangat. Pengumuman SNMPTN pun tiba dan aku mulai mengetikkan namaku tetapi hasilnya, yah aku gagal. Gagal total. Semua sahabatku yang les ditempat yang sama ( mereka IPA semua) diterima di SNMPTN. Oh, aku merasakan sebuah palu menghantam dadaku…. 

Image

Tetapi aku tidak boleh menyerah. Mereka memang telah meraih mimpinya masing-masing. Mereka mungkin lebih rajin beribadah dan berdoa dibandingkan aku, lebih rajin belajar dan lebih spesifik. Sehingga Allah memilihkan mereka yang terbaik. Pilihanku masih tersisa banyak, aku pun mendaftarkan diriku ke SBMPTN.

Allah ingin aku belajar dari pengalaman ini. Aku belajar banyak. Aku selalu rajin datang ke tempat les, selalu menghafal materi dan memahami materi yang baru kupelajari selama 3 minggu sebelum hari H SBMPTN. Aku mulai merasakannya. Sebuah semangat yang luar biasa karena hasil Try Out ku terus melesat dan jauh lebih baik dari Try Out IPA ku dahulu, dan teman-teman ku yang asli IPS juga sering heran karena aku bisa cepat paham dan hampir menyamai hasil TO mereka. Setidaknya, mereka masih jauh lebih paham Akuntansi dan aku belum bisa paham dasar akuntansi sehingga kalau ada soal akuntansi aku melewatkannya hehe…

AKu merasakan bahwa mempelajari sesuatu yang kita senangi memang sangat menyenangkan dan jauh lebih masuk ke dalam pemahaman kita. Oke, di hari les terakhir H-1 SBMPTN aku menatap sedih tempat lesku karena itu adalah hari terakhir aku berada disana ( sampai saat ini aku belum mengunjunginya lagi)

Belum berakhir, setelah aku melewati SBMPTN. AKu sedikit merasa lega karena aku merasa telah mengeluarkan semua kemampuanku dan dari hasil yang kuhitung dengan kunci jawaban yang diberikan oleh tempat les ku aku yakin kalau aku bisa menembus satu dari 3 pilihan prodi yang kudaftarkan di SBMPTN. Aku mulai mencari-cari Ujian Mandiri yang mulai buka pendaftaran untuk berjaga-jaga dengan hasil yang tak diinginkan.

Saat itu aku tak diizinkan orangtuaku untuk memilih UGM di SBMPTN karena kuota yang tersisa sedikit dan lagi-lagi karena mereka khawatir UGM lebih memprioritaskan siswa dari daerah sana. AKhirnya tanpa UGM di SBMPTN, aku pilih UGM di Ujian Mandiri tanggal 5 Juli dan UM UnDIp tanggal 4 Juli. Pengumuman SBMPTN jatuh pada tanggal 8 Juli.

Saat tanggal 3 Juli, aku harus pergi ke sebuah sekolah di daerah Rawamangun untuk registrasi ulang. Saat itu hari kerja sehingga Abiku tak bisa mengantarku. Jadilah, Ummi dan adik-adikku menemaniku kesana dengan taksi sewaan. Sampai tempatnya, ada ratusan siswa yang juga ingin daftar ulang. Aku menatap wajah-wajah mereka, tujuan mereka sama denganku yaitu UGM.

Kami harus mengantri didalam ruangan registrasi dan menunggu nama kami dipanggil untuk registrasi.

Aku mengantri selama 2 Jam didalam ruangan tak ber AC dengan ratusan orang. Aku sudah berdiri 2 jam dan namaku belum dipanggil juga, bahkan suara mikrofon nya juga nyaris tak terdengar. Aku mulai tak kuat, aku masih ingat aku mual sekali dan kepalaku pusing. Saat itu aku harus berdiri untuk mengantri dan menunggu namaku dipanggil. Aku mulai memikirkan sesuatu, sebuah keputusan dan semua resikonya. Aku benar-benar tak tahan berada diruangan itu. Bau keringat dimana-mana, tubuh yang saling berdesakan dan oksigen yang kurasa takkan cukup untuk orang sebanyak itu.

Aku mundur. Akhirnya tanpa pikir panjang aku mundur dan memutuskan untuk pulang kerumah saja. Keesokan harinya aku juga harus mengikuti tes Ujian Mandiri Universitas Diponegoro jadi aku harus pulang lebih dulu. Aku benar-benar tersiksa didalam ruangan itu. Yakinkah? Saat itu aku yakin. Yakin sekali dan berpikir bahwa, bukan UGM yang dipilihkan Allah untukku.

Aku mengikuti UM Undip dan semua berjalan lancar. Tapi kuingat pikiranku masih terganggu dengan kejadian kemarin dan sebuah kenyataan bahwa aku kehilangan kesempatan di UGM. Tibalah hari Minggu, tanggal 5 Juli. Aku bangun tidur seperti biasa dan menonton kartun minggu seperti biasa. Tiba-tiba Ummiku mendapat kabar mengejutkan, Sahabat dan teman satu halaqah Ummiku yang memang sudah lama dirawat dirumah sakit berpulang kepada Rabb pemiliknya. Aku ingat Ummiku menangis sambil memegang telepon bersandar di pintu rumah kami. Dan jadilah hari itu Ahad, 5 Juli 2013 aku menjaga adik-adikku dirumah dan orang tuaku pergi ke rumah teman Ummiku itu hingga malam hari.

Aku mulai pasrah. Hari itu aku pasrah dan menguatkan keyakinanku. Sahabat-sahabatku sedang sibuk mengurus keperluan mereka di Universitas masing-masing sehingga aku tak bisa pergi untuk sekedar bertemu dan bermain bersama mereka. 8 Juli 2013 pukul 5 sore, pengumuman SBMPTN. Tidak, aku tak berani membuka pengumuman tersebut. Belasan sms sudah masuk ke HPku , sahabat-sahabatku mulai bertanya mengenai hasil SBMPTN ku.

Pukul 5.30 sore aku belum juga membuka hasilnya. Web SBMPTN katanya lagi down. AKu hanya scrolling timeline twitterku dan menunggu hasil temanku yang lainnya. Mendekati pukul 6, orang tuaku mulai penasaran, aku juga agak penasaran. Tetapi benar, ketika kubuka web Sbmptn lewat HP tak juga muncul hasilnya. Huh, agak jengkel sih. Akhirnya aku iseng membuka lewat situs lain dan ya, akhirnya aku diterima di tempat yang Allah pilihkan untukku. Pilihan pertama ku lolos dan seketika aku ingat semua lelah yang berada jauh dibelakangku telah lenyap. Lenyap tanpa sisa.

Image

 

 

Berjuang dan berdo’alah . Allah ingin mendengar Doamu lebih tulus lagi…

I’d rather choose…

I'd rather choose...

Some images from the past still frequently asked “Where are your dreams that once was burning?” But I just keep quiet.

Because i’m afraid that’s only ambition. Because the intention determines everything.
Sometimes, I wish as great as they are out there. But inside….
I’m much happier being strangers in this world and became known famously to Allah 🙂

#But balance is better.

Tak pernah benar-benar sendiri :)

Hari ini aku ingin menceritakan sesuatu. Tentang hal kecil yang kadang sering terlupakan. Siang tadi, aku dan Ummiku pergi ke Pasar dan disana kami bertemu dengan seorang tetangga di komplek kami. Wanita, mungkin usianya sudah 60-70 tahun, beliau sering dipanggil mama oleh tetangga sekitar. dan ia mengajarkanku satu hal penting, yang tidak akan pernah kulupa.

“mamah, darimana ?” Ummiku bertanya saat kita bertemu dengan mamah. Kami pun bergantian menyalaminya

” Dari rumah sakit, antriannya panjang banget, mamah besok juga balik lagi kesana buat ke dokternya. Tadi cuma rontgen sama nunggu hasilnya” Mamah pun menjawab sambil menceritakan kalau dia dari beberapa hari yang lalu juga bolak-balik kerumah sakit.

” Sendirian mah?” tanya ummiku

“Berdua..” Mamah menjawab sambil tersenyum.

Aku masih ingat senyum yang terukir di wajah tuanya itu. Lalu aku mulai menengok ke kanan- ke kiri. Mungkin beliau diantar cucunya kerumah sakit.

” sama siapa mah?” Ummiku juga sepertinya tidak menemukan seorang pun yang mengikutinya.

” Sama Allah..

Kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulut beliau. Aku teringat bahwa aku belum pernah mendengar ucapan seperti itu dari mulut siapapun. Terlebih, beliau mengatakannya dengan tenang dan sambil tersenyum. Aku speechless saat itu juga.

 

Kemudian setelah berbincang-bincang sedikit, Aku dan Ummi pun kembali menelusuri pasar dan beliau pun pulang kerumah.

Tidak, beliau tidak sendirian. Bersama Allah, katanya. 🙂 

Image

Serasa Mimpi

Serasa Mimpi

Ada sesuatu yang dulu terasa sangat jauh, namun saat ini sangat terasa dekat.
Sebuah Impian yang sudah menjadi nyata. Tentang harap-harap yang pernah usang namun tumbuh kembali dengan keajaiban. Tanpa kusadari, tanpa kuingat dulu aku pernah memimpikannya 🙂

#ThanksF22 🙂