Ada sebuah pertanyaan yang mengalun di hatiku bertahun-tahun lalu
Tak ada orang yang bisa memberiku jawabannya. Tak satupun. Sampai suatu ketika aku harus tersesat sendirian. Orang-orang berlalu lalang dihadapanku, tapi aku tak jua bertanya pada mereka tentang arah yang ingin kutuju.
Sampai lama sekali, aku tak kembali ke tempat itu. Tempat dimana tak ada batasan bagi rasa nyaman dan tak nyaman. Tempat dimana semua orang menjadi oemeran utama. Sebuah tempat yang selalu ingin kutuju dalam hidupku, sebuah tempat dimana rasa lelah dan segar tak lagi ada pemisahnya.
Pertanyaan itu, kemana aku harus mencari jawabannya?
19 tahun. Aku berdiri di tempat yang sama. Mencoba memasuki kembali tempat itu. Tempat dimana aku dibesarkan tapi tak pernah kusadari sebelumnya. Seketika, 19 tahun. Aku selesai dengan diriku sendiri. Selesai dengan problematika pencarian identitas diri. Dan Allah segera memberiku peta untuk kembali pulang.
Ke tempat itu, tempat dimana tersimpan jawaban yang kucari.
Aku pulang, membawa semua keterbatasanku, kelemahanku dan kekuranganku. Tak ada lagi yang kuinginkan selain mencari jawaban atas pertanyaan yang membangunkanku dari lelapnya tidur. Dan hanya Allah lah yang punya jawabannya.
Bahwa aku, telah kembali pulang. Membawa segenap rindu yang membuncah. Menyatukan kepingan yang dulu tak sanggup kupikul sendirian. Meski harus memecah ombak kesepian, merantas duri ketidaknyamanan. Melampaui semua keterbatasan.
Aku pulang. Aku menemukan jawabannya. Aku ingin tetap disini. Meski tak ada lagi yang ditawarkan tempat ini selain menguji kesetiaan. Meski aku harus meniagakan hidup dan matiku. Aku ingin disini, menatap wajah penghuni tempat ini, dengan hati-hati yang terikat oleh satu visi yang sama…
Yang tersimpul oleh cinta kepadaNya.
Parung, 19 September 2015